Adab-adab Kepada Para Shahabat Radhiyallahu 'Anhum dan Sekilas Tentang Keutamaan Mereka

Ada satu hal yang sangat enting untuk disampaikan dalam bagian penutup ini, bahwa pada zaman yang serba bebas ini, di mana pun Kaum Muslimin berada, banyak sekali dijumpai ketidakpedulian terhadap agama dan kerusakan akhlak. Dalam masalah ini, sebagian besar Kaum Muslimin telah mengbaikan segala adab dan sopan santun kepada para shahabat Radhiyallahu 'anhum. Bahkan, sebagian orang yang tidak mempedulikan agama berani mencaci para shahabat Radhiyallahu 'anhum. Padahal para shahabat Radhiyallahu 'anhum adalah fondasi bagi agama ini. Merekalah yang pertama kali menyebarkan agama. Untuk menunaikan hak-hak mereka, hingga mati pun kita tidak akan daat menyempurnakannya.

Semoga Allah Subhaanahu wata'ala dengan segala kasih sayang-Nya mencucurkan berjuta-juta rahmat kepada jiwa-jiwa yang suci itu, atas jasa mereka yang telah mempelajari agama langsung dari Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wassallam, lalu menyampaikannya kepada kita.

Oleh karena itu, dalam bagian penutup ini, akan saya ketengahkan terjemahan singkat satu pasal dari kitab Asy-syifa', karangan Qadhi 'Iyadh Rahmatullah 'alaih, yang sesuai dengan pembahasan ini.

Qadhi 'Iyadh Rahmatullah 'alaih berkata, "Termasuk dalam kewaajiban kita menghormati dan memuliakan Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah kewajiban menghormati dan memuliakan ara shahabat Radhiyallahu 'anhum, yaitu menunaikan hak--hak mereka, memintakan ampunan bagi mereka, menutup segala perselisihan dan ertengkaran yang terjadi di antara mereka, dan menolak hadits yang diriwayatkan oleh kaum Syiah, ahli bid'ah, dan perawi-perawi jahil yang telah memberitakan dan menyebarkan kekurangan dan kelemahan para shahabat Raadhiyallahu 'anhum.

Jika terdengar kisah atau berita yang menyelisihi kebaikan mereka, hendaknya ditafsirkan dengan kebaikan, dan kita memberikan makna yang baik terhadap berita tersebut. Ini adalah hak-hak mereka. Jangan sekali-kali kita mengingat keburukan-keburukan mereka, namun hendaknya kita selalu menerangkan dan menyebarkan segala kebaikan serta keutamaan mereka. Jika ada yang membicarakan aib dan keburukan mereka, tahanlah dirimu. Sebagaimana sabda Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, 'Jika kamu mendengar keburukan-keburukan shahabatku dibicarakan, tahanlah dirimu!'"

Tentang derajat dan keutamaan shahabat Radhiyallahu 'anhum ini telah banyak tertulis dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan juga hadits-hadits Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. AAllah SSubhaanahu wata'ala berfirman :

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًۢا

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya (begitu pula pada awalnya para shahabat dalam keadaan lemah kemudian setiap hari bertambah kuat. Allah menjadikan para shahabat seperti itu) karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (Q.S. Al-Fath: 29)

Terjemahan di atas, jika berhenti (waqaf) pada lafadz فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ. Berbedanya tempat waqaf menyebabkan berbedanya terjemahan yang diketahui dari kitab-kitab tafsir.

Firman AAllah Subhaanahu wata'ala yang lain:

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا (18) وَمَغَانِمَ كَثِيرَةً يَأْخُذُونَهَا وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (19)

"Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin (yang menyertai safarmu) ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka (ikhlas), lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat waktunya (penaklukan Negeri Khaibar), serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (Q.S. Al-Fath: 18-19)

Bai'at (janji setia) itulah yang dinamakan Bai'atusy Syajarah yang sudah dikisahkan pada bab terakhir di kisah ke-4.

Firman Allah Subhaanaahu wata'ala tentang shahabat:

مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا۟ مَا عَٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُۥ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا۟ تَبْدِيلًا

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur (telah  syahid). Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)." (Q.S. Al-Ahzab: 23)

Firman Allah Subhaanahu wata'ala lain:

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar." (Q.S. At-Taubah: 100)

Dalam ayat-ayat di atas, Allah Subhaanahu wata'ala memuji para shahabat dan menyatakan keridhaan-Nya kepada mereka. Demikian pula banyak keistimewaan ara shahabat Radhiyallahu 'anhum yang terdaat dalam hadits-hadits Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Sabda Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, "Sepeninggalku kelak, ikutilah Abu Bakar dan Umar."

Dalam hadits lain, Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wwasallam bersabda, "Para shahabatku seperti bintang-bintang. Siapa pun dari mereka yang kalian ikuti, kalian pasti akana menndapatkan petunjuk." Para muhadditsin mempermasalahkan hadits ini. Oleh karena itu, Qadhi 'Iyath Rahmatullah 'alaih dikritik sebab meriwayatkan hadits ini. Tetapi, Mulla Ali Qari Rahmatullah 'alaih menulis bahwa bisa jadi hadits ini, menurut Qadhi 'Iyadh Rahmatullah 'alaih, dapat diterima karena banyak riwayatnya, atau Qadhi 'Iyadh Rahmatullah 'alaih mengetengahkannya di dalam masalah fadhilah (dalam masalah fadha'il, hadits yang sedikit dha'if bisa diterima)

Sayyidina Anas Radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwaw Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Para shahabatku seperti garam dalam makanan. Makanan yang tanpa garam itu tidak akan ada rasanya." Beliau juga bersabda, "Takutlah kalian kepada Allah Subhaanahu wawta'ala mengenai para shahabatku, jangan jadikan mereka sasaran cacian. Barangsiapa mencintai mereka, hendaknya ia mencintai mereka semata-mata karena cinta keadaku. Barangsiapa yang memusuhi mereka, seakan-akan mereka memusuhiku. Barangsiapa yang menyakiti mereka, seolah-olah menyakitiku. Barangsiapa menyakitiku, berarti ia telah menjadikan Allah Subhaanahu wata'ala murka. Baraangsiapa menjadikan Allah Subhaanahu wata'ala murka, siksa Allaah Subhaanahu wata'ala sungguh sangat dekat."

Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Janganlah kalian menghina para shahabatku. Seandainya ada di antaara kalian yang menyedekahkana emas sebesara Gunung Uhud kemudian dibandingkan dengan pahala mereka yanag menyedekahkan satu mud atau setengah mud saja, maka tidak akan dapat menyamai pahala mereka." Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda, "Barangsiapa mencaci para shahabatku, Allah Subhaanahu wata'ala, para Malaikat-Nya, dan seluruh manusia akan melaknatnya. Tidak akan diterima amalan fardhu dan sunnahnya." Beliau pun bersabda, "Selain para nabi Alaihimus salam, Allah Subhaanahu wata'ala telah memilih para shahabatku dari seluruh makhluk-Nya, dan di antara para shahabatku tersebut, Allah Subhaanahu wata'ala telah memilih empat orang, yaitu Abu Bakar, Umar, Ustman, dan Ali. Merekalah yang paling baik di antara para shahabatku."

Syaikh Ayyub Sakhtiyani Rahmatullah 'alaih berkata, "Barangsiapa mencintai Abu Bakar r.a, maka ia telah meluruskan agama. Barangsiapa mencintai Umar r.a, maka ia telah mendapatkan jalan terang dalam agama. Barangsiapa mencintai Utsman r.a, maka dialah yang telah memperoleh nur ilahi, sehingga ia bercahaya. Barangsiapa mencintai Ali r.a, maka dialah yang telah memegang tali agama ini dengan kuat. Barang siapa memuji shahabat, maka ia telah terbebas dari kemunafikan. Barangsiapa menghina shahabat, maka ia telah terjerumus ke dalam bid'ah, kemunafikan, dan mendustakan sunnah. Aku menduga bahwa amalannya tidak ada yang diterima, sehingga mereka mencintai para shahabat dengan setulus hati dan mereka membersihkan hati."

dalam sabda Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang lain, "Wahai manusia, aku ridha kepada Abu Bakar, hendaklah kalian mengenal derajatnya. Aku ridha kepada Umar, Utsman, Thalhah, Zubair, Sa'ad, Sa'id, Abdurrahman, Abu Ubaidah. Hendaknya kalian mengenali derajat mereka. Wahai manusia, Allah Subhaanahu wata'ala telah mengampuni para ahli Badar dan ahli Hudaibiyah. Hendaklah kalian membantu (memuliakan) shahabat-shahabatku dan orang-orang yang telah menikah dengan putriku, dan orang-orang yang anaknya telah aku nikahi. Jangan sampai pada Hari Kiamat nanti mereka menuntutmu, sehingga kalian tidak akan dimaafkan."

Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda, "Hendaklah kalian membantu atau memuliakan shahabat-shahabatku dan suami dari putri-putriku. Barangsiapa membantunya, maka Allah Subhaanahu wata'ala akan menjaganya di dunia dan di akhirat, dan barangsiapa tidak memuliakannya, maka Allah Subhaanahu wata'ala tidak memberikan jaminan terhadap dirinya. Jika Allah Subhaanahu wata'ala tidak memberikan jaminan terhadapnya, tidak lama lagi mereka akan mendapatkan musibah."

Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang memuliakan shahabatku, maka pada Hari Kiamat nanti, aku akan menjaganya." Beliau bersabda lagi, "Barangsiapa memuliakan para shahabatku, maka pada Hari Kiamat ia akan sampai di Telaga Kautsar untuk mendekatiku. Barangsiapa tidak memuliakan mereka maka ia tidak akan sampai di Telaga Kautsar dan hanya melihatku dari kejauhan." Syaikh Sahl bin Abdullah Rahmatullah 'alaih berkata, "Barangsiapa tidak menghormati para shahabat, maka ia tidak beriman keada Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam."

Dengan berkah kasih sayang, kemurahan Allah Subhaaanahu wata'ala, dan lindungan-Nya, semoga saya, saudara-saudara saya, orang-orang yang telah berjasa kepada saya, dan yang sering berjumpa dengan saya, ara masyaikh saya, murid-murid saya, murid-murid masyaikh saya, dan semua orang mukmin agar dihindarkan dari murka dan laknat Allah Subhaanahu wata'ala. Semoga tertanam dalam hati kita semua kecintaan kepada para shahabat r.hum.


Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi

Mukim Madrasah Mazhahirul Ulum Saharanpur, 12 Syawal 1357 H.

Comments

Popular posts from this blog

ٍSholat Lima Waktu Mampu Membersihkan Dosa Laksana Sungai Yang Mengalir Membersihkan Kotoran

Shalat Lima Waktu Mampu Menggugurkan Dosa-dosa Seorang Hamba Laksana Daun-daun Yang Berguguran

Khutbah Jumat - Mengapa Maulid Nabi Muhammad Saw Penting Untuk Diperingati