Posts

Showing posts from June, 2021

Kisah Perbuatan Abu Bakar, Mughirah, dan Umumnya Para Shahabat r.a.hum di Hudaibiyah

 Perang Hudaibiyah adalah perang yang sangat terkenal. Perang ini terjadi pada bulan Dzulqa'dah tahun ke-6 Hijriyah, yaitu ketika Nabi s.a.w membawa serombongan besar para shahabat untuk umrah. Ketika orang-orang kafir Makkah mendengar kabar itu, mereka segera berembug. Mereka memutuskan bahwa Kaum Muslimin harus ditahan agar tidak memasuki Makkah. Untuk itu, mereka membuat persiapan besar-besaran. Selain penduduk Makkah, mereka juga mengundang pasukan dari luar Makkah untuk bergabung, sehingga pasukan mereka sangat besar. Dari Kampung Dzulhulaifah, Nabi s.a.w mengutus seseorang untuk mencari berita tentang situasi di Makkah, dan orang itu akan bertemu lagi dengan Nabi s.a.w di kampung 'Usfan. Ketika tiba, ia melaporkan bahwa penduduk Makkah telah mempersiapkan pasukan tempur yang lengkap dan besar, bahkan mereka juga meminta bantuan orang-orang dari luar Makkah. Nabi s.a.w segera memanggil para shahabatnya untuk bermusyawarah mengenai apa yang seharusnya dilakukan. Dalam musya

Kisah Ibnu Zubair r.a.huma Meminum Darah Rasulullah s.a.w

 Suatu ketika, Nabi s.a.w berbekam. Kemudian beliau memberikan darah yang keluar kepada Ibnu Zubair r.a.huma ban bersabda, "Pendamlah!" Ibnu Zubair r.a.huma pergi membawa darah tersebut, lantas meminumnya. Selanjutnya, ia menghadap Nabi s.a.w dan berkata, "Sudah saya pendam." Nabi s.a.w bertanya, "Di mana?" Ia menjawab, "Saya meminumnya." Nabi s.a.w bersabda, "Barangsiapa yang di dalam tubuhnya mengalir darahku, ia tidak akan disentuh api neraka. Tetapi, kamu akan membunuh orang-orang dan orang-orang akan membunuh kamu." (dari Kitab Khamis) Faidah Semua yang keluar dari tubuh Nabi s.a.w seperti kotoran, air kencing, dan sebagainya itu suci. Untuk itu, tidak perlu dipertanyakan lagi perbuatan Ibnu Zubair r.a.huma tersebut. Maksud sabda Nabi s.a.w 'Kamu akan membunuh orang-orang dan orang-orang akan membunuh kamu' adalah isyarat kekuasaan atau kepemimpinannya. Meskipun ia memimpin, akan ada yang menghancurkannya. Sesuai dengan sab

Kisah Malik bin Sinan r.a meminum Darah Nabi s.a.w

 Ketika terjadi Perang Uhud, seseorang musuh menyerang Nabi s.a.w yang menyebabkan dua mata rantai topi besi yang dipakai oleh beliau menancap di bagian kepala beliau. Melihat hal itu, Abu Bakar r.a dan Abu Ubaidah bin Jarrah r.a mendekati Nabi s.a.w. Lalu Abu Ubaidah r.a mencabut satu mata rantai topi besi tersebut dengan giginya. Satu mata rantai itu tercabut, namun akibatnya sebuah gigi Abu Ubaidah r.a pun tanggal. Tetapi, ia tidak peduli. Ia mencabut mata rantai yang kedua dengan giginya lagi, sehingga sebuah giginya tanggal lagi. Ketika mata rantai itu dapat dicabut, mengalirlah darah dari luka tersebut. Maka darah itu dihisap dan ditelan oleh Malik bin Sinan r.a, ayah Abu Sa'id Al-Khudri r.a. Nabi s.a.w bersabda, "Barangsiapa yang darahnya bersatu dengan darahku, maka api neraka tidak akan menyentuhnya." (dari Kitab Qurratul Uyun)

Kisah Zaid bin Haritsah r.a Menolak untuk Pulang Bersama Ayahnya

 Pada masa Jahiliyah, Zaid bin Haritsah r.a bepergian bersama ibunya ke tempat bibinya. Di tengah perjalanan, mereka dirampok dan diserang oleh kabilah Bani Qais. Lalu, mereka ditawan dan dibawa ke pasar Makkah untuk dijual sebagai budak. Zaid r.a dibeli oleh Hakim bin Hizam r.a untuk dihadiahkan kepada bibinya, yaitu Khadijah r.aha. Ketika Khadijah r.aha menikah dengan Nabi s.a.w, Zaid r.a dihadiahkan kepada Nabi s.a.w untuk berkhidmat kepada beliau. Ayah Zaid r.a sangat bersedih karena berpisah dengan Zaid r.a. Kesedihan itu wajar, karena fitrah seorang ayah menyayangi anaknya. Karena perpisahan tersebut, ayahnya sering menangis dan membaca syair yang ringkasannya bermakna kurang lebih demikian: Aku mengangis karena selalu mengingat Zaid, anakku Apakah dia masih hidup, sungguh aku tak tahu Sehingga ada harapan bagiku untuk bertemu Atau dia telah mati meninggalkanku Demi Allah, sungguh aku pun tak tahu, apakah Zaid mati Di tanah lembut atau terdampar di sebuah bukit tinggi Andai aku t

Kisah Perbuatan Anas bin Nadhar r.a dalam Perang Uhud

 Dalam Perang Uhud, ketika Kaum Muslimin hampir mengalami kekalahan dari kaum kafir Quraisy, seseorang menyebarkan berita bohon bahwa Nabi s.a.w telah syahid. Berita itu membuat para shahabat r.ahum putus harapan. Ketika Anas bin Nadhar r.a sedang berjalan, ia melihat Umar dan Anshar yang sedang bersedih karena berita tersebut. Anas r.a bertanya, "Apa yang terjadi pada Kaum Muslimin sehingga mereka terlihat sangat bersedih?" Mereka menjawab, "Rasulullah s.a.w telah syahid." Anas r.a berkata, "Lalu, setelah Rasulullah s.a.w syahid, untuk apa kalian hidup? Keluarkanlah pedangmu dan pergilah untuk syahid!" Ia sendiri langsung menghunus pedangnya, merangsek pasukan musuh, dan bertempr habis-habisan hingga syahid. Faidah Maksud ucapan Anas r.a, 'Setelah Rasulullah s.a.w syahid, untuk apa kalian hidup?' adalah sebagai pejuang yang telah membaktikan hidupnya untuk orang yang dicintainya, yaitu Rasulullah s.a.w, ketika yang dicintainya telah tiada, apa art

Kisah Pesan Sa'ad bin Rabi' r.a dalam Perang Uhud

Ketika Perang Uhud sedang berkecamuk, Nabi s.a.w bertanya, "Bagaimana keadaan Sa'ad bi Rabi'? Apa yang terjadi padanya?" Lalu, beliau mengutus seorang shahabat untuk mencarinya. Shahabat itu pun mencarinya di antara para syuhada sambil memanggil-manggil namanya, barangkali ia masih hidup. Shahabat itu berteriak, "Saya diutus oleh Nabi s.a.w untuk mengetahui keadaan Sa'ad bin Rabi'." Tiba-tiba terdengar suara lirih dari suatu tempat. Shahabat itu segera menuju ke tempat tersebut dan ia melihat Sa'ad bin Rabi' r.a tergeletak dengan sisa-sisa napasnya di antara tujuh orang musuh yang telah ia bunuh. Ketika didekati, Sa'ad r.a berkata, "Sampaikanlah salamku kepada Rasulullah s.a.w, dan sampaikan kepada beliau semoga Allah Subhaanahu wata'ala memberinya derajat yang lebih tinggi dan mulia melebihi nabi-nabi terdahulu atas jasanya terhadap umatnya, dan katakanlah kepada Kaum Muslimin, jika orang-orang kafir berhasil mendekati Rasululla

Kisah Seorang Wanita yang Meninggal Dunia ketika Melihat Kubur Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam

 Seorang wanita datang menjumpai 'Aisyah r.ha, dan berkata, "Antarkan aku untuk menziarahi kubur Nabi Muhammad s.a.w." Maka 'Aisyah r.ha membukakan makam Nabi Muhammad s.a.w. Wanita itu pun menziarahinya sambil menangis dan terus menangis sampai meninggal dunia. (dari Kitab Syifa') Faidah Apakah perasaan cinta seperti itu masih dapat kita jumpai? Dengan berziarah, ia tidak dapat menahan dirinya sehingga ia meninggal di tempat itu.

Beberapa Kisah tentang Perasaan Cinta Para Shahabat rRadhiyaallahu 'anhum terhadap Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam

Suatu ketika, seorang bertaanyaa kepada Ali r.a, "Sejauh manakah cintamu terhadap Rasulullah s.a.w?" Ia  menjawab, "Demi Allah, di mata kami, Rasulullah s.a.w lebih kami cintai daripada harta, anak, dan ibu kami. Bahkan, lebih kami sukai daripada meminum air dingin ketika kehausan." (dari Kitab Syifa') Faidah Ali r.a berkata benar. Demikianlah hakikat pada diri shahabat. Mengapa tidak? Karena keimanan mereka telah sempurna. Allah Subhaanahu wata'ala berfirman: قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ "Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang k

Adab-adab Kepada Para Shahabat Radhiyallahu 'Anhum dan Sekilas Tentang Keutamaan Mereka

Ada satu hal yang sangat enting untuk disampaikan dalam bagian penutup ini, bahwa pada zaman yang serba bebas ini, di mana pun Kaum Muslimin berada, banyak sekali dijumpai ketidakpedulian terhadap agama dan kerusakan akhlak. Dalam masalah ini, sebagian besar Kaum Muslimin telah mengbaikan segala adab dan sopan santun kepada para shahabat Radhiyallahu 'anhum. Bahkan, sebagian orang yang tidak mempedulikan agama berani mencaci para shahabat Radhiyallahu 'anhum. Padahal para shahabat Radhiyallahu 'anhum adalah fondasi bagi agama ini. Merekalah yang pertama kali menyebarkan agama. Untuk menunaikan hak-hak mereka, hingga mati pun kita tidak akan daat menyempurnakannya. Semoga Allah Subhaanahu wata'ala dengan segala kasih sayang-Nya mencucurkan berjuta-juta rahmat kepada jiwa-jiwa yang suci itu, atas jasa mereka yang telah mempelajari agama langsung dari Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wassallam, lalu menyampaikannya kepada kita. Oleh karena itu, dalam bagian penutup ini