Shalat Lima Waktu Mampu Menggugurkan Dosa-dosa Seorang Hamba Laksana Daun-daun Yang Berguguran

 وعن أبي عثمان قال: كنت مع سلمان - رضي الله عنه - تحت شجرة فأخذ غصناً منها يابساً فهزه حتى تحات ورقه ثم قال: يا أبا عثمان ألا تسألني لم أفعل هذا؟ قلت: ولم تفعله؟ قال: هكذا فعل بي رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وأنا معه تحت الشجرة فأخذ منها غصناً يابساً فهزه حتى تحات ورقه فقال: (يا سلمان ألا سألتني لماذا أفعل ذلك؟ قلت: ولم تفعله؟ قال: إن المسلم إذا توضأ فأحسن الوضوء ثم صلى الصلوات الخمس تحاتت خطاياه كما تحات هذا الورق وقال: (أقم الصلاة طرفي النهار وزلفاً من الليل إن الحسنات يذهبن السيئات ذلك ذكرى للذاكرين) رواه أحمد والنسائي والطبراني

Dari Abu 'Utsman r.a, ia berkata, "Aku dan Salman r.a berada di bawah sebatang pohon, lalu ia mengambil sebatang ranting kering dari pohon itu dan mengibas-ngibaskannya sehingga daun-daunnya berguguran. Ia berkata, "Hai Abu Utsman, mengapa engkau tidak bertanya kepadaku mengapa aku berbuat begini?" Aku bertanya, "Mengapa engkau berbuat demikian?" Ia menjawab, "Beginilah Rasulullah Saw melakukannya di hadapanku ketika aku bersama beliau di bawah sebatang pohon. Beliau mengambil ranting kering dan mengibas-ngibaskannya sehingga daun-daunnya berguguran. Lalu beliau bersabda, "Wahai Salman, mengapa kamu tidak bertanya kepadaku mengapa aku berbuat begini?" Aku bertanya, "Mengapa engkau berbuat demikian?" Beliau bersabda, "Sesungguhnya jika seorang muslim berwudhu dengan sempurna, selanjutnya mengerjakan shalat lima waktu, niscaya dosa-dosanya gugur sebagaimana daun-daun ini berguguran." Beliau membacakan satu ayat yang artinya, "Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian permulaan malam, sesungguhnya amal kebaikan menghapuskan kejahatan. Itulah nasihat bagi orang-orang yang mau menerima.""(H.R. Ahmad, Nasai, dan Thabrani)

Faidah

    Perbuatan Salman r.a yang ditunjukkannya dalam hadits di atas, merupakan contoh kecil kecintaan para shahabat r.hum kepada Rasulullah Saw. Siapa pun yang mencintai seseorang, ia akan meniru tingkah laku orang yang dicintainya itu. Orang yang telah merasakan manisnya cinta, tentu memahami hakikat ini dengan baik. Begitu juga para shahabat r.hum ketika meriwayatkan sabda-sabda Nabi Saw sering menirukan perbuatan beliau seperti ketika beliau menyampaikannya.

    Hadits-hadits tentang pentingnya shalat, dan ampunan dosa bagi yang mengerjakannya tidak terhitung banyaknya, sehingga sulit untuk menyebutkan semuanya di sini. Sebelum hadits ini, sudah diriwayatkan hadits-hadits mengenai hal itu. Para ulama membatasi ampunan tersebut, hanya untuk dosa-dosa kecil, sebagaimana telah diketahui sebelumnya. Padahal dalam beberapa hadits tidak ada pembatasan dosa kecil atau besar, tetapi disebutkan dosa-dosa tanpa ada pembatasan.

Syaikh Maulana Muhammad Yahya rah.a memberikan dua penjelasan ketika mengajarkan bab ini.

  1. Melakukan dosa besar adalah sesuatu yang jauh dari diri seorang muslim. Adanya perbuatan dosa besar pada dirinya adalah perkara yang sulit terjadi. Seandainya terjadi, jiwa seorang muslim tidak akan merasa tenang sebelum ia bertaubat. Jika seseorang telah berbuat dosa besar, maka Keislamannya akan menuntutnya untuk benar-benar menyesali perbuatannya dan ia tidak akan merasa tenang sebelum ia menyucikan dirinya dengan bertaubat. Adapun dosa-dosa kecil, kadang kala tidak begitu diperhatikan dan dipedulikan, sehingga masih menjadi tanggungannya. Dengan shalat dan amal ibadah yang lain, dosa tersebut akan diampuni.
  2. Seseorang yang shalat dengan ikhlas dan menunaikan adab serta sunnahnya, berarti ia sudah bertaubat dan beristighfar beberapa kali. Sebab, di akhir bacaan Tahiyyat terdapa doa yang berbunyi:

اللَّهمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كثِيرًا، وَلا يَغْفِر الذُّنوبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِر لي مغْفِرَةً مِن عِنْدِكَ، وَارحَمْني، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفور الرَّحِيم

"Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiayai diriku dengan aniaya yang banyak. Tiada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau. Maka ampunilah aku dengan ampunan dari-Mu dan sayangilah aku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

    Hadits di atas, juga menganjurkan kita untuk menyempurnakan wudhu dengan memperhatikan adab-adab dan sunnah-sunnahnya. Salah satu sunnahnya adalah bersiwak. Bersiwak ialah sunnah wudhu yang sering diabaikan. Padahal disebutkan dalam sebuah hadits, "Barangsiapa shalat dua rakaat dengan bersiwak lebih utama daripada tujuh puluh rakaat tanpa bersiwak." Dalam hadits lain, dinyatakan, "Jagalah siwak, karena dalam siwak terdapat sepuluh keutamaan, yaitu (1) membersihkan mulut, (2) Menyebabkan Allah SWT ridha, (3) membuat setan marah, (4) dicintai Allah SWT dan para Malaikat-Nya, (5) menguatkan gusi, (6) menghilangkan dahak, (7) mewangikan mulut, (8) menghilangkan cairan kuning yang mengganggu lambung, (9) memperjelas penglihatan, dan (10) menghilangkan bau mulut, serta bersiwak adalah sunnah Rasulullah Saw." (dari Kitab Al-Munabbihat, karya Ibnu Hajar Makki)

    Para Ulama telah mengumpulkan sampai tujuh puluh kelebihan bersiwak, salah satu di antaranya akan memudahkan mengucapkan syahadat ketika akan meninggal dunia. Sebaliknya, menghisap candu menandung tujuh puluh madharat, salah satu di antaranya akan menyebabkan lupa mengucapkan kalimat Syahadat ketika akan meninggal dunia. Masih banyak pahala lain jika seseorang mengerjakan wudhu dengan sempurna. Sebuah hadits menyebutkan bahwa pada Hari Kiamat anggota tubuh yang dibasahi air wudhu akan bercahaya. Dengan cahaya itulah Nabi Saw akan mengenali umatnya secara langsung.

Comments

Popular posts from this blog

ٍSholat Lima Waktu Mampu Membersihkan Dosa Laksana Sungai Yang Mengalir Membersihkan Kotoran

Khutbah Jumat - Mengapa Maulid Nabi Muhammad Saw Penting Untuk Diperingati